Isnin, 13 Julai 2009

LARAS BAHASA (3)


http://t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id

RAGAM DAN LARAS BAHASA

1. Ragam Dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

1.1 Ragam Bahasa
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
1. Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam bahasa lisan :
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu
.
b. Ragam bahasa Tulis :
- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.

2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar.
a. ragam standar,
b. ragam nonstandar,
c. ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a. topik yang sedang dibahas,
b. hubungan antarpembicara,
c. medium yang digunakan,
d. lingkungan, atau
e. situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
· penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
· penggunaan kata tertentu,
· penggunaan imbuhan,
· penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
· penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan ragam standar.
Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pĂ«mbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

1.2 Laras Bahasa
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras ilmiah.

2. Laras llmiah
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.


Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam International Standardization Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (Soehardjan, 1997 : 10). Struktur karya ilmiah (Soehardjan, 1997 : 38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982) menetapkan agar karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka (Soehardjan, 1997 : 38).

3. Ragam Bahasa Keilmuan
Menurut Sunaryo, (1994 : 1), bahwa dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita , apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis).
Partisipan tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar tutur. Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka pembicara atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan (b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Hal itu perlu diketahui agar pilihan bentuk bahasa yang digunakan tepat , disamping agar pesannya dapat tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelekan, merendahkan dan sejenisnya.
Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang disampaikan penutur ke penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara : (a) naratif (peristiwa, perbuatan, cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d) argumentatif dan persuasif.
Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :
(1) cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
(2) lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
(3) gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis.
(4) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal (Syafi’ie, 1992:8-9).

Contoh :
Kata berciri formal Kata berciri informal
Korps korp
Berkata bilang
Karena lantaran
Suku cadang onderdil
4. Laras Ilmiah Populer
Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi diungkapkan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti. Karya ilmiah populer tidak selalu merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang diuraikan dengan metode ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu disajikan dalam ragam bahasa yang standar, karya ilmiah populer dapat disajikan dalam ragam standar, semi standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap disebut penulis dan bukan pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara penyajiannya.
Seperti diuraikan di atas, persyaratan yang berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam karya ilmiah populer terdapat pula persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisis atas suatu peristiwa yang sedang populer di tengah masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya disajikan melalui media surat kabar dan majalah, biasanya, format penyajiannya mengikuti format yang berlaku dalam laras jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus dilakukan dengan cermat. Tema itu kemudian dikerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya narasi, eksposisi, argumentasi, atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis dapat mengembangkan gagasannya dalam berbagai bentuk pengembangan paragraf seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis, pola perbandingan, atau pola sudut pandang.




LARAS BAHASA ( 2 )

LARAS BAHASA

Perbincangan mengenai laras bahasa tidak dapat terlepas daripada membincangkan dua konsep, iaitu pengguna dan penggunaan. Pengguna ialah orang yang menggunakan sesuatu bahasa dan penggunaan ialah bagaimana sesuatu bahasa itu digunakan dengan cara yang berbeza-beza, misalnya dialek Kelantan, Melaka, Sarawak dan sebagainya.

Penggunaan bahasa yang berbeza-beza ini melahirkan laras. Ini disebabkan penggunaan bahasa yang berbeza-beza berdasarkan situasi dan faktor lain melahirkan kata-kata yang berbeza mengikut keadaan. Misalnya kata-kata yang digunakan untuk bergurau-senda adalah berbeza daripada kata –kata yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu ucapan. Oleh itu, bolehlah dirumuskan bahawa penggunaaan bahasa yang berbeza-beza berdasarkan faktor-faktor sosial seperti keadaan dan tempat, disebut sebagai laras bahasa atau laras sosial. Manakala penggunaan bahasa yang berbeza-beza berdasarkan faktor geografi atau daerah disebut sebagai dialek daerah.

Laras bahasa boleh didefinisikan sebagai gaya atau cara penggunaan sesuatu bahasa. Sesuatu laras bermaksud variasi yang ada pada tiap-tiap penutur. Laras bahasa biasanya berubah-ubah mengikut situasi. Ciri-ciri laras yang penting ialah perbendaharaan kata, susunan ayat dan frasa yang digunakan. Sesuatu laras tertentu digunakan utuk keadaan atau situasi tertentu. Daripada suatu segi, dapat dikatakan bahawa dengan memilih laras yang tidak sama untuk situasi-situasi yang berlainan, anggota masyarakat dapat menunjukkan bahawa mereka sedar akan situasi-situasi sosial yang berlainan yang wujud di sekitar mereka.


Laras bahasa secara kasarnya dapat dikaitkan dengan penggunaan bahasa penyampaian yang bersesuaian dengan bidang dan situasi bahasa atau konteks pengucapan. Laras bahasa juga boleh diertikan sebagai ciri-ciri khusus penggunaan bahasa mengikut bidang sesuatu ujaran atau wacana digunakan, contohnya laras bahasa doa, khutbah, upacara, sukan dan sebagainya.

Laras dipengaruh oleh latar, penutur, peserta dan tujuan. Selain itu, laras juga dipengaruhi oleh tatabahasa, contohnya penggunaan ayat aktif dan pasif, dan panjang pendek ayat akan menghasilkan laras yang berbeza, di samping penggunaan kata-kata tertentu seperti kata-kata pinjaman dari bahasa Arab, bahasa Inggeris dan sebagainya, contohnya berfirman (laras khutbah/ceramah agama), multi (bahasa Inggeris) dan seumpamanya.

Definisi Laras Bahasa

Laras bahasa bermaksud gaya dan penggunaan sesuatu bahasa digunakan/gaya atau cara penggunaan sesuatu bahasa.

Laras ialah bentuk bahasa yang wujud akibat situasi sosial berlainan merujuk kepada cara penggunaan sesuatu bahasa dan variasi bahasa mengikut bidang dan situasi seseorang penutur sewaktu berbahasa, sama ada secara lisan atau tulisan.

Laras didefinisi sebagai jenis-jenis bahasa yang digunakan mengikut situsai-situasi yang berlainan
- Ure dan Ellis (1977)

Laras bahasa dapat ditakrifkan sebagai variasi bahasa yang berbeza berdasarkan fungsi dan boleh berubah-ubah. – Halliday(1968)

Laras bahasa ialah khusus dalam penggunaan bahasa menurut bidang penggunaannya
-Asmah Hj.Omar (1984)

Penggunaan laras bahasa ditentukan oleh dua faktor,
Ciri-ciri keperihalan sesuatu peristiwa bahasa
- Situasi luaran
berdasarkan latar belakang social dan kebudayaan sesuatu masyarakat bahasa
- Situasi persekitaran
berdasarkan aspek-aspek yang terlibat dalam penggunaan bahasa mengikut empat faktor berikut:
i. Cara penyampaian (lisan, bertulis, bahasa isyarat dan sebagainya.
ii. Hubungan social dan peribadi antara pengguna bahasa
iii. Bahan yang diperkatakan
iv. Fungsi-fungsi social perlakuan bahasa (rasmi/ tidak rasmi)
Ciri-ciri linguistik
- unsur-unsur sistem bahasa itu iaitu aspek bunyinya, aspek perkataannya serta frasa dan ayatnya.
- Pemisah utama laras ialah tatabahasa dan perbendaharaan kata
· Aspek bunyi – nada suara (drama ,ucapan dll)
· Aspek perkataan –perkataan khusus berdasarkan bidang, unsur kolokasi (dua perkataan yang berkaitan), perkataan pinjaman
· Aspek ayat, dari segi binaan, susunan, dan panjang pendek

Jenis-jenis dan ciri-ciri Laras bahasa
Laras Bahasa Biasa
- Tidak melibatkan sebarang bidang ilmu atau konteks yang khusus
- Tiada istilah teknikal
- Struktur ayatnya mudah, ringkas, dan padat
- Laras bahasa biasa formal digunakan dalam situasi rasmi sahaja
Contoh: Laras untuk majlis akad nikah
Laras sewaktu majlis pertunangan
- Laras bahasa biasa tidak formal menggunakan ciri-ciri bahasa basahan
Contoh: Bahasa di pasaran harian
Bahasa sewaktu membeli barang di gerai-gerai
- Cakap-cakap mulut sahaja disebabkan keperluan untuk berkomunikasi
- Kadangkala bahasa dicampuradukkan dengan bahasa penutur yang berlainan ras dan tempat
- Adakala digunakan dalam komunikasi dalam kalangan kaum berbeza
- Bahasa yang dipermudahkan untuk perhubungan

Laras bahasa Perniagaan/iklan
- Berbentuk pemberitahuan fakta
- Maklumat disampakan dengan ringkas tetapi terperinci
- Ayat ringkas dan pendek –banyak menggunakan kata adjektif
- Bersifat imaginative dan kreatif
- Menggunakan retorik pujukan dan bahasa pengaruhan-bertujuan untuk memujuk dan mempengaruni pengguna
- Cara penyampaian menarik dan mesti
- Mementingkan pemilihan dan penyusunan kata tetapi tidak mementingkan tatabahasa
- Menggunakan slogan atau penyataan tertentu untuk menyakinkan pengguna.
- Iklan dihasilkan dengan beberapa kaedah
· Slogan
· Kaedah penyataan –Lot banglo untuk dijual
· Berkaitan konsep –Rosyam Nor dan Power Root
· Pengisytiharan – Viva kereta penjimat masa terhebat
· Kaedah umpan – Hadiah istimewa untuk 100 peserta terawal
· Mesra - TV9 Dekat di hati
· Bandingan - Fab mencuci lebih putih
· Gesaan - Segeralah rebut peluang keemasan ini.
· Pertanyaan - Pernahkah anda melihat kawasan perairan terhebat?

Laras Bahasa Sains dan Teknologi
- Laras bahasa ilmiah dan bersifat formal dan tidak menggunakan bahasa basahan
- Bersifat intelektual, saintifik, formal dan objektif
- Maklumat yang diberi berdasar kepada kajian dan fakta
- Mementingkan kejelasan dan ketepatan fakta
- Banyak menggunakan istilah sain dan teknikal
- Penggunaan istilah-istilah pinjaman terutama daripada bahasa Inggeri
- Lebih banyak penggunaan kata nama dan ragam ayat pasif

Laras bahasa Media Massa
- Ayat berita dan penyata
- Bahasa yang paling mudah diterima dan difahami
- Bahasa yang mudah, jelas dan tepat
- Ringkas, padat dan bermaklumat
- Tidak mementingkan stuktur ayat majmuk
- Tidak mementingkan kata hubung, dan unsur tatabahasa seperti imbuhan
- Tidak menggunakan istilah teknikal atau khusus dan sukar
- Bersifat melaporkan sesuatu peristiwa yang berlaku
- Mengandungi judul dan teks.

Laras Bahasa Rencana
- bersifat umum
- digunakan menyampaikan kepelbagaian idea tentang sesuatu isu
- mudah difahami
- gaya bahasa penulisan menarik yang menjurus kepada tajuk rencana
- bersifat melaporkan sesuatu kepada pembaca secara umum ataupun secara terperinci

Laras bahasa Undang-undang
- Teks berkaitan dengan perundangan
- Mengandungi prinsip undang-undang dan berbentuk akta – terbahagi kepada bahagian dan seksyen
- Penggunaan istilah-istilah khusus undang-undang dan banyak mengunakan istilah yang dipinjam dalam bahasa Inggeri
- Makna kosa yang digunakan berdasarkan interpretasi
- Tidak mementingkan struktur ayat tetapi sangat mementingkan kepersisan dan kejelasan
- Bersifat objektif, terperinci, tepat dan padat
- Lazimnya menggunakan binaa ayat panjang

Laras Bahasa Agama
- Membincnagkan isu agama
- Penggunaan istilah agama yang dipinjam daripada bahasa Arab
- Terdapat petikan al-Quran dan hadis
- Struktur ayat yang digunakan banyak dipeangaruni oleh struktur ayat bahasa Arab
- Terdapat tamsil ibarat(kias) yang bertujuan memberi pengajaran kepada pembaca
Laras Bahasa Sukan
- Maklumat berkaitan dengan keciatan sukan
- Bahasanya ringkas , bersahaja, dan jelas
- Terdapat istilah-istilah yang berkaitan dengan aktiviti sukan dan pemilihan kosa kata yang senang difahami.

Laras Bahasa Sastera/Kreatif
- Bentuk bahsa yang terhasil daripada cetusan imaginasi dan pengalaman penulis
- Laras bersifat imaginatif dan figuratif
- Mementingkan pemilihan diksi yang berkesan. Istilah-istilah khusus yang berkaitan dengan sastera
- Bahasa yang indah dan puitis
Laras Ekonomi
- berbentuk ilmiah
- Istilah-istilah teknikal dan berkaitan dengan urusan perniagaan dan ekonomi
- Tidak terlalu mementingkan struktur ayat
- Bersifat formal
- Mementingkan sususnan maklumat yang disampaikan dengan jelas dan eksplisit
- Setiap fakta dapat dihuraikan berdasarkan bukti dalam bentuk data dan statistik

Laras bahasa Akademik
- Digunakan dlaam bidang ilmiah
- Bersifat formal dan objektif
- Gaya bahasa- matang dan keintelektualan(hujah, tepat dan berkesan)
- Bersifat khusus dan sukar difahami
- Mementingkan kesempurnaan
- Mengutamakan pemaparan, perbincangan dan penghuraian
- Terdapat penggunaan sudut pandangan orang ketiga, penulisan ragam ayat pasif dan ayat majmuk
- Mengandungi nota kaki, bibliografi, indeks dsb.

********************************************************************************

Ciri-ciri Laras Bahasa Perniagaan

1. Bidang

§ Biasanya digunakan dalam dunia korporat, khususnya bidang
perusahaan, perindustrian, perakaunan, perbankan, perniagaan dan
perdagangan.
§ Penggunaan bahasa Melayu terpaksa bersaing dengan bahasa
Inggeris.
§ Penggunaan laras bahasa perniagaan dalam bahasa Melayu amat
penting, khususnya dalam aspek komunikasi memandangkan ekonomi negara menjelang abad ke-21 akan berasaskan perindustrian dan perusahaan.


2. Perbendaharaan Kata

§ Istilah khusus (penanda laras), antaranya:
agihan jualan agensi pemasaran baki debit
anggaran kos francais cek palang
harga mutlak eksport saham
urus niaga kredit komposit

§Istilah umum: tetapi diberi pengertian khusus (merujuk bidang ekonomi)
untung tempoh hutang tunai
susut runcit

3. Tatabahasa

§ Morfologi (kajian terhadap perkataan)
Kata-kata umum (kata tunggal) bahasa Melayu boleh menjadi kata-
kata khusus (bidang perniagaan) apabila menjadi kata terbitan.
Contohnya:
Kata Umum Istilah
wang kewangan
ratus peratus
lebih lebihan
pasar pasaran
pegang pemegang
dagang dagangan

§ Akronim
Contohnya:
EPU – Unit Pembangunan Ekonomi
EON – Edaran Otomobil Nasional
BSN – Bank Simpanan Nasional
BSKL – Bursa Saham Kuala Lumpur

§ Kata Majmuk
Contohnya:
kos jualan modal tetap harta semasa
untung bersih lebih asset sebut harga

§ Sintaksis (kajian terhadap ayat)
Kebanyakan ayat-ayat yang digunakan jenis ayat penyata, iaitu ayat-ayat yang memberi
keterangan tentang sesuatu hal.
Contohnya:
Bank Simpanan Nasional (BSN) mencatatkan prestasi di luar jangkaan apabila mengaut keuntungan sebelum cukai bagi setengah tahun pertama, lebih RM70 juta dan mengatasi
keuntungan sebanyak RM 47.754 juta bagi tahun lalu.
Menggunakan ragam ayat yang seimbang, iaitu menggunakan ayat aktif dan ayat pasif yang sama banyak dalam teks ekonomi.
Contohnya:
Ayat Aktif
KDNK merupakan petunjuk ekonomi yang paling penting
Ayat Pasif
Kesan teus dirasai oleh pengeluar segmen kereta yang lebih mahal.

Kecenderungan menggunakan ayat majmuk, iaitu ayat yang mendukung beberapa isi dalam satu ayat untuk menimbulkan kelancaran dan kesinambungan wacana.
Contohnya:
Seandainya pemegang saham berjaya mengawal pihak pengurusan (sudah tentu dengan kos yang tinggi), bagaimana mereka memastikan bahawa nilai sebenar syarikat tergambar dalam pasaran saham agar mereka tidak akan mengalami sebarang kerugian apabila menjual saham mereka.

Struktur ayat juga jelas memperlihatkan pengaruh bahasa Inggeris, khususnya penggunaan ayat pemeri yang menggunakan kopula “adalah” dan “ialah” walaupun unsur ini tidak wajib digunakan dalam bahasa Melayu. Contohnya:
1. Jualan runcit adalah dijangka akan meningkat.
2. Paling ketara ialah pendaftaran baru bagi kereta.
Fungsi kata pemeri tersebut untuk kejelasan dan pemahaman ayat dengan lebih mudah.

4. Gaya Bahasa

§ Berbentuk ilmiah, iaitu laras bahasa yang mengungkapkan ilmu.
§ Bersifat formal dan mempunyai perkataan, istilah susunan frasa, dan ayat yang baik, sesuai dan tepat serta boleh menyampaikan maksud dan pengertian dengan berkesan.
§ Banyak menggunakan jadual, graf dan carta, graf statistik dan sebagainya.


http://www.brunet.bn
http://faculty.unitarklj1.edu.my
http://staff.iiu.edu.my
Abdul Ghani b. Hj.Sani, Jabatan Pengajian Melayu, Institut Perguruan Tawau, Sabah.